Rabu, 25 Januari 2017

SEJARAH POLA

 SEJARAH POLA

Pelopor pola siap pakai yang dijual secara komersial adalah Ebenezer Butterick dari Massachusetts, Amerika Serikat. Pada tahun 1863, Butterick dan istri menciptakan pola komersial dalam berbagai bentuk. Sebelum ada kertas pola dari Butterick, pola hanya tersedia dalam satu ukuran, dan penjahit harus membesarkan atau mengecilkan pola sesuai ukuran badan pemakai. Pola kertas dari Butterick menjadi sangat popular pada tahun 1864.
Aenne Burda dan majalah mode Burda Moden mempopulerkan pola siap pakai di Jerman. Sejak tahun 1952, Burda mulai menerbitkan pola pakaian. Setiap bulan Januari dan Juli, Burda menerbitkan catalog terpisa berisi pola siap pakai untuk lebih dari 600 model pakaian dewasa dan anak-anak. Selain berisi informasi langkah demi langkah yang mendetail tentang cara menjahit pakaian, pola-pola tersebut juga diracang untuk dipahami mulai dari penjahit pemula hingga penjahit berpengalaman.
Di Jepang, system So-En dari Bunka Fashion College dan Dressmaking dari Dressmaker Jogakuin (sekarang Dressmaker Gakuin) mendominasi metode menggambar pola. Hingga tahun 2005, majalah So-En diterbitkan sebagai masalah yang membuat pola baju dan cara menjahit pakaian. Pesaingnya adalah majalah Dressmaking yang pertama kali terbit tahun 1949, namun berhenti terbit sejak Mei 1993.
Pola dasar kontruksi berdasarkan system menggambar pola J.H.C Meyneke dengan penampilan pola badan muka dipisah dari pola badan belakang. Pola lengan diambil dari sistem menggambar pola Dressmaking, karena cara menyatukan ke badan lebih dapat dipahami. Pola dasar rok umumnya banyak sistem kontruksi hamper serupa, sehingga disini diambil kombinasi sistem J. Meyneke dan Dressmaking.

DEFENISI POLA

Dalam menjahit atau desain busana, pola adalah potongan-potongan kertas yang merupakan prototype bagian-bagian pakaian atau produk jahit-menjahit. Pola dijadikan contoh agar tidak terjadi kesalahan sewaktu menggunting kain. Pola atau pattern adalah potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat baju, pada saat kain digunting. Potongan kain atau kertas tersebut mengikuti ukuran bentuk badan dan model tertentu.

ALAT DAN BAHAN MEMBUAT BUSANA

Pemakaian alat yang tepat akan memudahkan kita dalam bekerja. Demikian pula halnya dalam membuat busana. Alat yang diperlukan untuk membuat busana adalah sebagai berikut:
·         
       ALAT YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUAT POLA BUSANA
      
      a. Pensil dan Karet Penghapus
Gunakan pensil hitam yang tidak mudah rapuh, agar pembuatan pola berjalan lancar. Karet penghapus yang bersih dan tidak cepat merusak kertas sebaiknya digunakan untuk pembuatan pola.
      
      b.P ita Ukur
Pita ukuran yaitu alat yang digunakan untuk mengambil ukuran, panjang dari pita ukuran adalah 150 cm.

c.  Penggaris Siku-siku dan Penggaris Panggul
Penggaris siku-siku adalah penggaris yang memiliki sudut 900. Fungsinya adalah untuk membuat bagian-bagian garis pola lurus atau siku-siku bersudut 900. Sedangkang penggaris panggul adalah pengaris berbentuk sedikit lengkung, yang berfungsi membuat bagian panggul pada pola.

d. Ban Petar atau Tali Pengikat
Ban peter/tali pengikat adalah tali yang berfungsi untuk mengikat bagian badan, pinggang dan panggul. Hal ini dilakukan untuk ketepatan pada saat mengukur. Anda bisa menggunakan tali biasa atau pita.

 e. Kertas Pola
Kertas pola adalah kertas yang digunakan untuk menggambar pola. Gunakan kertas yang mudah dan jelas untuk diberi gambar. Sebaiknya gunakan kertas yang tidak mudah rusak atau robek, seperti kertas sampul atau kertas Koran.

f. Gunting kertas
Gunakan gunting yang khusus untuk menggunting kertas. Usahakan gunting tersebut tidak digunakan untuk menggunting bahan lain seperti kain, plastic, dan lain-lain, agar gunting tidak cepat tumpul.
·        
       ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENJAHIT BUSANA

      a. Mesin Jahit dan Pelengkapnya
Menurut alat gerak, mesin jahit dapat dibagi 3 bagian, yaitu mesin jahit tangan, mesin jahit kaki, dan mesin jahit listrk. Alat pelengkap sebuah mesin jahit terdiri atas sekoci, palet, dan jarum mesin. Dari ketiga alat tersebut, diperlukan cara penggunaan yang benar untuk beberapa hal berikut :

  1. Cara menggulung benang pada palet.
  2.  Mengeluarkan sekoci dan palet dari mesin.
  3. Memasukkan sekoci dan palet ke dalam mesin.
  4. Memasang jarum jahit.

      b. Benang Jahit
Gunakan benang jahit yang warnanya sama dengan warna kain. Pilih benang yang kuat, sehingga jahitan tidak mudah putus.

c. Jarum Pentul dan bantalan
Sebaiknya pakailah jarum pentul yang berkepala, sehingga mudah dipegang, dan gunakan bantalan jarum pentul untuk mempermudah menyimpan jarum.

d. Gunting Besar dan Kecil
Gunting besar panjang kurang kurang lebih 20 cm dan tajam. Bila memakai gunting yang tumpul akan menghambat pekerjaan dan hasilnya tidak rapi.

e. Karbon Jahit dan Kapur Jahit
Karbon jahit digunakan untuk memberikan tanda yang diletakkan di dalam kain dengan bantuan rader, sedangkan kapur jahit merupakan kapur yang digunakan untuk memberikan tanda pada kain yang akan digunting.

f. Rader
Rader yaitu alat untuk member tanda kampuh pada kain dengan bantuan karbon jahit. Rader terdiri dari 2 macam, yaitu rader bergerigi dan rader tanpa gerigi. Rader bergerigi digunakan untuk memberikan tanda kampuh pada kain yang bertekstur kasar dan tebal, sedangkan rader yang tidak bergerigi digunakan untuk memberikan tanda pada kain yang lembut dan halus seperti kain tissue dan sutera.

g. Pensil Jahit
Pensil jahit yaitu pensil yang berwarna (tidak berwarna hitam), digunakan untuk member tanda pada kain atau pola.

h. Cincin/Bidal
Cincin/bidal yaitu alat untuk melindungi jari dari tusukan, atau bisa disebut dengan topi jari.

i. Alat Pendedel
Pendedel yaitu alat untuk membuka jahitan yang salah. Atau membersihkan sisa benang yang menempel pada kain.

  •  ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGEPRES BAJU
  1. Seterika
  2. Papan seterika
  3. Bantal untuk menyetrika lengan.
  4. Bantal untuk menyetrika kerung leher, kerung lengan.
  5. Sikat untuk membersihkan serbuk-serbuk bahan.
  6. Papan lengan.
  7. Spons untuk membasahi pada waktu akan menyetrika.Bahan untuk pelapis pada waktu menyetrika.


  
FUNGSI POLA
·      

  •      Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh si pemakai, hal ini mesti didukung oleh kecermatan dan ketelitian dalam posisi titik dan garis tubuh serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh di pemakai;
  •      Kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan garis pola yang luwes mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam melakukan pengecekan ukuran;
  •      Supaya dapat mewujudkan busana sesuai model, bentuk tubuh atau propersi tubuh dengan baik dan serasi; dan
  •      Kemampuan dan ketelitian member tanda dan keterangan setiap bagian-bagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan beakang, tanda arah benang atau serat kain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda kelim dan sebagainya.

MACAM-MACAM POLA

Ada beberapa pola yang dapat digunakan dalam membuat busana, diantaranya ialah pola kontruksi dan pola standar. Masing-masing pola ini digunakan dengan cara yang berbeda, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu.
  •         Pola Konstruksi

Pola kontruksi adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan si pemakai, dan digambar dengan perhitungan secra matematika sesuai dengan sistem pola kontruksi masing-masing.
Pembuatan pola kontruksi lebih rumit dari pada pola standar disamping itu juga memerlukan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik dan sesuai dengan bentuk tubuh si pemakai. Ada beberapa macam pola kontruksi antara lain : pola sistem Dressmaking, pola system Soen, pola system Charment, pola system Aldrich, pola system Meyneke dan lain sebagainya.
  •         Pola Standar

Pola standar adalah pola yang dibuat berdasarkan daftar ukuran umum atau ukuran yang telah distandarkan, seperti ukuran small (S), medium (M), lager (L), extra lager (XL). Pola standar didalam pemakaiannya kadang diperlukan penyesuaian menurut ukuran si pemakai. Jika si pemakai berukuran kurus atau gemuk, harus menyesuaikan besar pola, jika si pemakai tinggi atau pendek diperlukan panjang pola.
Menyesuaikan pola standar tidak dapat dilakukan dengan hanya mengecilkan pada sisi badan atau pada sisi rok atau menggunting pada bagian bawah pola tidak seimbang atau akan menyebabkan bentuk pola tidak sesuai dengan proporsinya masing-masing.

Cara yang paling mudah dan cepat untuk menyelesaikan pola standar yang ukurannya hampir mendekati dengan ukuran badan dengan mempedomankan ukuran lingkar badan, kemudian membuat daftar ukuran badan seseorang dan ukuran pola standar dalam bentuk table. Daftar ukuran tersebut ialah sejumlah ukuran yang diambil dari badan seseorang (ukuran sebenarnya). Bagi seseorang yang baru belajar menyesuaikan pola standar, cukup menggunakan ukuran yang penting, misalnya ukuran lingkar badan, lingkar pinggang, panjang muka dan panjang punggung.

1 komentar: